Tradisi atau acara Bellitung Buang Jong
Buang Jong
Buang jong
dilakukan oleh rakyat daerah Suku Laut dengan cara membuang perahu jung
--perahu layar tradisional-- ke laut. Kegiatan yang sudah dilakukan turun
temurun ini dilakukan dalam rangkaian pesta pantai untuk memberi penghormatan
pada dewa laut. Masyarakat Suku Laut atau Suku Sekak ini tinggal di pulau-pulau
kecil yang terbentang di antara Pulau Bangka dan Belitung. Meski tinggal di
Bangka Belitung, sebenarnya suku ini merupakan pendatang dari Kepulauan Riau.
Kehidupan mereka memang sangat bergantung pada laut. Untuk tradisi buang jong,
biasa dilakukan saat masa-masa melaut sedang kurang bagus untuk mencari ikan.
Jong dalam
bahasa setempat berarti perahu. Perahu yang akan dilepaskan dalam tradisi ini
berukuran sekitar tiga kali satu meter. Semalam sebelumnya, orang-orang akan
menari dan berpesta mengelilingi perahu, serta didendangkan syair-syair magis. Kegiatan
yang terdiri dari nyanyian, tari-tarian, dan musik tradisional ini bernuansa
magis serta religius karena erat kaitannya dengan kepercayaan-kepercayaan
tentang dewa-dewa, terutama dewa laut.
Untuk
penyelenggaraan, buang jong diadakan setiap tahun, bertepatan dengan musim
angin Tenggara yang sedang kuat-kuatnya, yaitu di sekitar akhir bulan Juni dan
awal Juli. Ada pun beberapa bagian dari ritual ini, seperti bediker, naik
jitun, mancing, numbak, campak laut, hingga buang jong ke laut Pantai Mudong. Perlengkapan
untuk ritual yang harus dipersiapkan, antara lain kapal jung dan empat buah
rumah-rumahan terbuat dari kayu, pelepah kelapa, dan dedaunan. Juga ada aneka
sesajen seperti dua sisir pisang, empat buah lepat, enam buah kelapa yang
diikat jadi satu, dan sebatang lilin.
Perlengkapan
lainnya adalah keranjang dari kelapa berbentuk segi empat, yang diisi beras
secukupnya. Keranjang diberi hiasan berupa bentuk manusia di bagian depan,
bentuk senjata panjang di bagian kanan, serta bentuk senjata pendek di kiri.
Saat prosesi
berlangsung, akan ada beberapa buah perahu layar yang akan membawa seluruh peralatan
tersebut ke tengah laut. Kegiatan dalam buang jong lainnya adalah naik jitun,
yang menampilkan seorang pemuda yang kerasukan dan memanjat tiang pohon pinang.
Juga ada sesi mancing, numbak duyong, main ancak, dan tari sampan geleng, yang
menggambarkan aktivitas melaut Suku Sawang. Sebagai salah satu kegiatan dalam
tradisi, menari memiliki arti tersendiri, yaitu ingin pulang. Jika tangan si
penari ke samping, artinya perjalanan masih jauh. Tangan ke atas, artinya sudah
dekat. Orang-orang kan menari bebas sampai pagi, lalu dilanjutkan dengan
melarung perahu ke laut. Setelah itu dilakukan bedaek, atau bersyukur yang
diutarakan dengan cara berbalas pantun.
Sumber : https://beritagar.id/artikel/piknik/buang-jong-tradisi-buang-perahu-di-belitung
Komentar
Posting Komentar