Butir Kegelisahan
Tak bias dipungkiri memang, beberapa hari yang lalu aku terus mencoba tuk menentramkan jiwaku yang menyelimuti kalbu. Menghilangkan kegelisahan ini rasanya sulit, karena aku tak bisa memahami apa yang aku rasakan ini. Aku melangkah setapak, namun kalut itu masih ada, aku berharap bayangan yang tak berwujud ini pergi dari hadapanku. Aku pun menjerit pelan “Pergilah dari hadapanku…”. Ruang ini terasa begitu sempit. Padahal ruang ini sebelumnya terasa nyaman bagiku, disinilah tempatku menghilangkan jenuh hari-.hariku, melepas penat setiap aktivitas yang aku lakukan. Kini tempat ini tidak lagi berarti untukku seolah ada termpat lain yang lebih nyaman bagiku, dan aku merasa tenang disana. Lantas, apa saat ini detik penantian itu sidaj dekat? ya Rabb, hatiku memang gelisah, tapi aku tidak ingin mengahdapMu dalam kondisi seperti ini. Jiwaku benar-benar carut marut. Aku duduk diatas kursi kesayanganku. Dimana aku melayang kedunia maya, disana aku terbang kemanapun yang aku inginkan, dan